MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Kabupaten Pacitan, Hampir selama 15 tahun penuh, Sulistyowati berangkat pukul 6:15 WIB menuju tempat mengabdi di SDN 2 Wonoanti, Kecamatan Tulakan sampai sekitar pukul 13:00 WIB baru beranjak pulang. Ia jalani hari-hari melelahkan itu dengan tegar. Musim hujan kehujanan dan musim panas kepanasan saat kemarau, sudah dianggapnya menjadi sahabatnya sehari-hari.____________Baca Juga : Perjuangkan Nasib Pedagang, Pemkot Didesak untuk Tuntaskan Revitalisasi Pasar

Wanita paruh baya yang lahir di Kabupaten  Pacitan, Jawa Timur pada,10 Oktober 1978 itu mengenyam serta  menyelesaikan  pendidikan D2 PGSD/MI dan kini berlamat di Rt 04, Rw 01, Dusun Jambu, Desa Bangunsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kepada jurnalis MediaBantenCyber.co.id, pada Selasa (05/04/2022) pagi, Sulistyowati menuturkan perjalanan hidupnya sebagai guru honorer di SDN 2 Wonoanti Pacitan sambil matanya berkaca-kaca.

"Pengabdian saya itu sebetulnya merupakan panggilan hidup. Tetapi, kan manusiawi jika saya juga memperjuangkan kesejahteraan pribadi dan keluarga. Itu saja keinginan kami," tutur Sulis. 

Baca Juga : Sangat Miris Nasib Rakyat Kecil, Sudah Tewas Dilindas Truk Tanah Malah Jadi Tersangka

Dirinya yakin, suatu saat nasibnya akan berubah, tidak seperti sekarang.

"Saya hanya terima insentif setiap 3 bulan sekali dari Dinas sebesar Rp500.000; rupiah sebulan karena memegang kelas. Sebagai guru agama dan guru olahraga pak. Sewaktu dulu tidak memegang salah satu guru mata pelajaran di sekolah, saya tidak mendapatkan insentif. Hanya dapat honor dari sekolah Rp500.000; rupiah/bulan, itupun baru satu tahun terakhir ini karena untuk tahun sebelumnya saya hanya terima honor kurang dari angka tersebut," ungkapnya. 

Baca Juga : Bagaimana Nasib PDIP Pasca Megawati?

Dengan suara berat, ibu penghobi tanaman itu melanjutkan, "Kebetulan sudah 2 tahun ini saya memegang kelas pak karena kekurangan guru PNS jadi dapat insentif. Tapi,  jika nanti ada penambahan guru yang dari PNS saya tidak bisa memegang kelas otomatis hilang insentif yang dari dinas itu".

Baca Juga : Berkat Sinergi Wartawan dan Baznas, Nasib Nenek Asnah Terselamatkan dari Kelaparan

Saat ditanya tentang suka dukanya selama menjadi guru honorer ini, Sulistyowati mengatakan,"Yang jelas banyak dukanya pak dari pada sukanya. Terutama jika ongkos perjalanan lagi telat. Kepikiran terus wajah anak-anak. Akhirnya ya, terpaksa nyari talangan teman atau kerabat. Ada belasan orang guru yang bernasib seperti saya. Mungkin lebih menyedihkan lagi. Saya minta tolong kepada bapak-bapak di atas …".

Sementara itu, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Muhammadiyah Kabupaten Pacitan, melalui Pimpinan Lembaga Amil Zakat dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu), Nurolin, Spd, saat dimintai tanggapannya terkait nasib guru honorer SDN 2 Wonoanti Pacitan, Sulistyowati menjelaskan bahwa, di LazisMu memang ada "Program Guru Tangguh" untuk para guru yang belum bersertifikasi dan honorer daerah oleh Muhammadiyah, tetapi jumlahnya terbatas sifatnya, karena keterbatasan anggaran.(BTL)