Ah, bosan sekali rasanya belajar dimulai dengan definisi. Jangankan paham, seringnya hanya sekadar hafal demi ujian.

Belajar seharusnya dipantik dari masalah yang dihadapi anak. Bukankah hidup nyatanya seperti itu? Kita menemui masalah dan mencari cara untuk menyelesaikannya. Dalam proses mencari solusi hingga masalah tersebut selesai, yang kita jalani sesungguhnya adalah proses belajar.

Materi sains seharusnya bermula dari masalah. Anak diajak "mencari masalah" dan belajar menemukan solusinya.

Salah satu yang kami praktikkan di Klub Anak Literarts usia Dasar (7-12 tahun) adalah melakukan banyak diskusi dan pelibatan anak agar mampu melihat masalah dan mencari solusi terbaik.  

Ketika memperingati hari kemerdekaan RI bulan lalu, kami mengajak anak untuk melakukan upacara pengibaran bendera dari rumah.

Tunggu, kan di rumah tidak ada tiang bendera seperti di sekolah?!

Betul, itulah masalahnya.

Karenanya, kami ajak anak mencari solusi terbaik untuk masalah tersebut.

Sebelumnya, kami ajak anak untuk memikirkan masalah riil sehari-hari, sehingga relevan dan kontekstual bagi mereka.

Masalah Tukang Bangunan

Yup, pekerja bangunan harus bisa menyelesaikan masalah mengangkut bata ini.

Kami lalu mengajak anak-anak berdiskusi dan beropini berdasarkan pengamatan mereka di sekitar. Adakah yang pernah melihat tukang bangunan bekerja membangun rumah/bangunan lain? Berapa banyak jumlah tukang? Menurut teman-teman, berapa lama para tukang diberi waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya?

Dari diskusi tersebut, muncul banyak pendapat dan cerita dari anak-anak. Ada yang pernah melihat tukang bangunan di dekat rumah tapi tidak tahu bagaimana para tukang mengangkut bata ke atas, ada yang belum pernah sama sekali melihat tukang bekerja membangun, ada juga yang pernah dan tahu bahwa para tukang menggunakan tali dan ember untuk mengangkut bata.

Diskusi seperti ini seru dilakukan dan banyak manfaatnya. Salah satunya, kita jadi bisa mengecek background knowledge anak-anak: apakah mereka punya pengalaman melihat, membaca, diceritakan, dsb. Selain itu, kita juga bisa memantik ketrampilan anak untuk berbicara dengan berani.

Tidak ada salah benar dalam proses ini. Semua pendapat adalah valid.

Kita berlanjut ke tahap berikutnya untuk mengonfirmasi pendapat dan pengalaman anak-anak.

Pada tahap ini, anak sudah paham bahwa masalah tukang bangunan harus diselesaikan. Maka, anak diajak untuk memahami bahwa solusi haruslah memperhatikan sumber daya, waktu, ketrampilan, pengetahuan serta apakah solusi bisa dilakukan atau tidak.

Ada anak yang mengusulkan agar tukang bangunan meminta tolong kepada petugas pemadam kebakaran. Argumennya adalah bahwa mobil pemadam kebakaran memiliki tangga yang dapat dipakai untuk mencapai tempat tinggi. Dengan demikian, tukang dapat naik-turun tangga tersebut membawa bata. Ada juga yang berkata sebaiknya tukang bangunan membuat tangga terlebih dulu, supaya bisa naik-turun.

Banyak solusi yang ditawarkan. Bebaskan saja anak-anak untuk menawarkan solusi, meskipun solusi tersebut terdengar tidak masuk akal.

Contoh solusi meminta tolong petugas pemadam kebakaran ini saya angkat dan kami berdiskusi lebih panjang tentang ini. Mungkinkah solusi ini dilakukan? Bisakah kita meminta petugas pemadam kebakaran untuk membantu kita setiap hari dan meninggalkan tugas utamanya?

Para tukang bangunan hanya punya waktu 3-6 bulan untuk selesai membangun rumah. Jika lebih dari itu, maka pemilik rumah tidak bisa segera menghuni rumahnya. Kemudian, umumnya jumlah tukang bangunan yang bekerja membangun rumah tidak sampai 5 orang, sehingga ada keterbatasan tenaga.

Berbagai keterbatasan tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan solusi terbaik.

Solusi Terbaik Mempertimbangkan 3 hal

Seru, bukan, belajar sains dengan diskusi dan pelibatan anak seperti ini?

Berbekal diskusi tadi, kita bisa mulai memperkenalkan katrol.

Katrol: Pengunaannya dan Bagian-bagiannya

Semua pengenalan katrol ini dilakukan melalui cerita dan diskusi yang melibatkan anak secara aktif berpikir dan berpendapat.

Lalu, ajak kembali anak untuk membahas masalah yang dihadapi dalam memperingati hari kemerdekaan.

Masalah Menaikkan Bendera di Tiang

Ya, anak-anak tidak bisa melaksanakan upacara bendera di sekolah selama pandemi. Lalu, adakah yang bisa kita lakukan?

Baca postingan berikutnya ya![IbuKancil]


This free site is ad-supported. Learn more