Oleh: Widia Astuti MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Kota Tangerang Selatan, Namanya Ahmad Aidit. Dia tinggal di Belitung. Ayahnya seorang ulama yang disegani di kampungnya. Pendiri sebuah sekolahan Muhammadiyah di Belitung. Ayahnya asli Minangkabau yang terkenal taat beragama. Sewaktu kecil, Aidit rajin mengaji. Suaranya yang bagus dan lantang, menyebabkan ia sering disuruh mengumandangkan adzan. Saat itu belum ada TOA. Sehingga suaranya yang lantang diandalkan untuk memanggil orang-orang untuk salat berjamaah.____________Baca Juga : Usai Nenggak Minuman Oplosan 5 Orang Mati dan 4 Sekarat

Sorot matanya tajam, menandakan kecerdasan otaknya. Dia memang sangat cerdas. Bisa menyerap ilmu agama dengan baik. Juga sering diminta membacakan ayat-ayat suci Al-quran dalam berbagai acara peringatan keagamaan.

Siapa sangka sosok santri itu akan berubah drastis menjadi sosok terpenting di Partai Komunis Indonesia (PKI) di negeri ini? Siapa sangka sosok pembaca ayat suci Al-Qur'an itu menjadi otak Pemberontakan G 30 S PKI ? SUNGGUH MAHAL HIDAYAH ALLAH SWT itu. Hanya orang-orang yang dipilih-Nya saja yang bisa istiqomah hingga akhir hayat.

Semua berawal dari pergaulan yang salah. Saat melanjutkan Sekolah Dagang di Jakarta, Aidit berteman dengan para aktivis komunis. Nilai-nilai relijius yang dianutnya semasa kecil, sirna begitu saja. Aidit tenggelam dalam buku-buku Marxisme-Leninisme. Dan dia hanyut dalam pemikiran dan pergerakan kaum Palu Arit. Aidit menghilangkan nama depannya. Jika nama aslinya adalah Ahmad Aidit, maka sejak aktif di PKI menjadi Dipa Nusantara Aidit. Disingkat menjadi D.N. Aidit.

Baca Juga : Waw….Notaris Jonni Membuat Pengikatan Jual Beli Dengan Pemilik Tanah Yang Sudah Mati!

Kecemerlangan otak Aidit, menjadikan dia menjadi pucuk pimpinan PKI. Dia juga mengunjungi negara-negara komunis untuk mereguk ilmu langsung di sana. Dia mengunjungi RRC dan Soviet. Tapi dia lebih mengidolakan RRC. Itulah mengapa dia mengikuti gaya Mao Zedong.

Aidit berfikir bahwa revolusi harus dipercepat. Kondisi Soekarno yang sudah sakit-sakitan, menyebabkan dia mengambil langkah pemberontakan G 30 S PKI. Dia khawatir jika Soekarno tiada, maka tiada lagi sosok yang bisa memberikan ruang bagi komunis. Tak ada lagi pengusung ide Nasakom (Nasionalis Agama Komunis).

Baca Juga : IPW Berharap 12 Anggota Polisi yang Terlibat "PESTA" Narkoba Divonis MATI!

Aidit juga berkiblat pada Mao Zedong (Cina) yang melakukan jalan revolusi demi merebut kekuasaan. Otak Aidit berpikir cepat menyusun segala rencana. Angkatan Darat (AD) adalah satu-satunya perintang tujuan PKI. Itulah mengapa PKI menyebarkan isu Dewan Jenderal. Sebuah FITNAH yang menuduh Dewan Jenderal AD hendak mengkudeta Soekarno.

Dan akhirnya meletus lah peristiwa Pemberontakan G 30 S PKI. Terjadi pembunuhan keji 6 Jenderal dan 1 perwira menengah AD. Dan juga serangkaian TEROR di kota-kota basis PKI di Jawa Tengah.

Tapi Allah masih melindungi negeri berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia ini. Meskipun PKI sudah merencanakan Pemberontakan dengan cermat, akhirnya GAGAL TOTAL. Tanggal 2 Oktober 1965, D.N. Aidit MELARIKAN DIRI ke Jawa Tengah. Dia bersembunyi di beberapa kota yaitu Semarang, Solo dan Boyolali. Pentolan PKI Aidit itu berpindah dari satu kota ke kota yang lain karena Pasukan elite Angkatan Darat Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) sekarang KOPASSUS dibawah Pimpinan Komandannya Letkol Sarwo Eddie Wibowo serius MEMBURUNYA hidup atau Mati.

Dan akhirnya D.N. Aidit tertangkap di kota Solo, tepatnya di belakang stasiun Kereta Api Solo-Balapan. Saat digerebek oleh tentara, Aidit bersembunyi di balik lemari. Sebuah lemari yang memiliki pintu rahasia. Ketika tertangkap, Aidit minta dipertemukan dulu dengan Presiden Soekarno. Tapi permintaannya tersebut tidak dikabulkan. Karena jika permintaannya dikabulkan, maka urusannya akan menjadi panjang.

Pada tanggal 23 Nopember 1965, Aidit digelandang ke Boyolali. Dia dibawa ke markas Batalyon 444 AD Boyolali. Kemudian segera DIEKSEKUSI di sebuah sumur tua di belakang markas Batalyon tersebut. 

Sebelum ditembak, Aidit diberikan kesempatan untuk mengucapkan kata-kata terakhir. Tebak, apa yang diucapkannya? Apakah dia istighfar? Atau sholat taubat? Sama sekali TIDAK!!! Aidit justru pidato berapi-api di bibir sumur tua. Pidato memuji komunisme dan mengajak orang-orang untuk bergabung dalam gerbong PKI. Para regu tembak sangat jengkel mendengar pidato tersebut, akhirnya diberondong lah Aidit dengan rentetan tembakan, MATI lah gembong PKI tersebut secara mengenaskan.

Aidit jatuh ke dalam sumur dalam kondisi sedang berpidato membela komunis. Dia komunis sejati hingga akhir hayatnya. Hilang sudah hafalan Alqurannya semasa kecil. Hilang sudah segala ingatan menjadi santri di kampung halamannya. Tak ada seberkas kenangan menjadi santri di penghujung hayatnya. Yang ada hanyalah pujian setinggi langit untuk PKI.

Setiap orang akan dimatikan sesuai kebiasaanya semasa hidup, terutama masa-masa menjelang akhir hayatnya. Ketika ajaran komunis telah mendarah daging sedemikian rupa dalam urat nadinya, maka itulah yang terjadi pada dirinya.

ISTIQOMAH ITU BERAT. Salah satu cara menjaga keistiqomahan adalah BERTEMAN DENGAN ORANG-ORANG SHALIH. Orang yang selalu mengingatkan ketika kita tergelincir. Orang yang selalu mengingatkan akan kampung akhirat.(BTL)