Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Kebangsaan) MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Bandung, Sama-sama Kepala Staf tetapi beda sikap soal kedaulatan negara di laut dan di darat. KSAL bersikap keras dan tegas menghadapi tantangan bahkan ancaman dari negara raksasa China. Nota protes China dijawab KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, SE MM dengan pernyataan bahwa TNI AL tidak akan mundur atas Natuna karena menyangkut kedaulatan dan kehormatan bangsa Indonesia. "Satu yard pun kami tak akan mundur".
Berbeda dengan KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurrahman yang sedang menghadapi gerakan separatis Papua. Bukan sikap tegas apalagi keras yang dinyatakan kepada pemberontak KKB Papua, justru menyebut mereka sebagai saudara yang harus dirangkul. Akibatnya alih alih berhenti bergerak itu KKB Papua, justru korban prajurit TNI semakin banyak berjatuhan. Sikap 'memble' KSAD ini seolah-olah menyatakan "Satu yard pun kami tak akan maju".
Di tengah kultur politik yang sering tidak jelas integritas diri dimana banyak pejabat yang berwatak pengecut atau hipokrit, maka fenomena KSAL Laksamana TNI Yudo Margono menjadi sangat menarik. Wajar jika muncul banyak apresiasi. Ancaman ini bukan datang dari sembarang pihak tetapi China negara raksasa yang mengklaim Laut China Selatan khususnya di Nine Dash Line sebagai milik warisannya.
Perlawanan Yudo Margono berimplikasi luas termasuk terhadap sikap politik Pemerintahan Jokowi yang semakin tidak jelas mengenai konflik Natuna. Pro China, bebas aktif atau bebas pasif ? China mencoba mencengkeram Indonesia melalui program OBOR, debt trap, TKA, serta jaringan pengusaha diaspora. Ditambah kerjasama Partai Komunis China dengan partai-partai politik di Indonesia. Koordinator China-Indonesia Luhut Binsar Panjaitan menjadi "penguasa" Pemerintahan dengan multi fungsi dalam berbagai jabatan.
KSAL Laksamana Yudo Margono memotivasi prajurit agar memiliki sikap ksatria "mempertaruhkan nyawa" dalam membela kepentingan bangsa. Motivasi yang semestinya juga tertuju kepada KSAD, jajaran Menteri dan Presiden. Mereka kini diragukan oleh rakyat semangat untuk mempertahankan kedaulatan negara apalagi sampai "mempertaruhkan nyawa".
Terlalu banyak slogan NKRI harga mati yang hanya omong doang. Faktanya justru mereka berkolaborasi dalam menggadaikan atau menjual kedaulatan. NKRI menjadi komoditi untuk keuntungan diri dan oligarkhi. China telah menjadi sahabat bahkan komandan dari pelecehan negeri ini.
Satu yard pun kami tak akan mundur adalah kalimat fenomenal. Harus didukung masif dan eksplosif oleh seluruh elemen bangsa dan rakyat Indonesia. Ketika rakyat kecewa dengan kebijakan KSAD Dudung, maka Yudo benar-benar mengobati. Dudung harus banyak belajar pada keberanian KSAL Laksamana Yudo Margono. "Jalesveva Jayamahe" Di laut kita jaya.
Coba jika Presiden Jokowi pidato lantang dalam menghadapi ancaman China soal penghentian pengeboran migas Natuna dengan kalimat "Satu yard pun kami tak akan mundur" tentu luar biasa. Dapat membangkitkan semangat nasionalisme seluruh rakyat Indonesia. Tapi rasanya pidato Presiden seperti ini hanya ada dalam mimpi. Soalnya jangan-jangan justru Presiden yang segera dimundurkan oleh China.
Sekali lagi Bravo Laksamana Yudo, anda adalah prajurit sejati. Kebanggaan TNI.(BTL)
No comments:
Post a Comment