Aduh, Nak, kita kan sudah baca buku ini 11 kali hari ini? Apa kamu nggak bosan?
Pernah mengalami apa yang saya alami di atas?
Hehehehe… bagaimana rasanya membacakan buku yang sama berulang-ulang? Rasanya kita ingin menutup telinga ya! Belum lagi tenggorokan yang mengering, semangat yang menurun, dan intonasi baca yang mulai tidak sesuai dengan cerita.
Sebagai orangtua, kita sih inginnya memang menumbuhkan kecintaan anak terhadap membaca. Tapi, yang benar saja, masa sih harus bacakan buku itu terus-menerus? Lihat, deh, masih ada dertan buku cerita lain di rak buku yang belum dibaca!
Begitulah.
Ketika pikiran mulai kembali tenang, kita jadi bertanya-tanya, mengapa anak kita sangat suka membaca buku yang sama berkali-kali.
Masih ingat ketika anak kita yang imut itu tertawa berulang-ulang setiap kali kita bersuara aneh? Atau masih ingat ketika ia berkali-kali mencoba
Sedikitnya ada 3 alasan mengapa anak usia dini menyukai pengulangan.
- Familiarity
Anak usia dini menemukan kenyamanan pada hal-hal yang rutin terjadi. Aktivitas rutin sejak bangun tidur hingga kembali tidur di malam hari rupanya menjadi landasan bagi anak untuk memahami kehidupan. Bagaimana dengan membaca?
Anak-anak menyukai hal-hal yang sudah ia kenal. Tentu contoh yang tidak asing ketika seorang anak enggan berkenalan dengan orang baru untuk pertama kali. Alasannya? Salah satunya karena anak belum mengenal atau belum memiliki pengalaman tentang orang tersebut.
Sama halnya, anak menemukan rasa nyaman ketika dibacakan buku cerita yang ia sudah tahu.
2. Interaksi
Bosan sih, tapi coba ingat perasaan kita ketika melihat raut bersemangat anak ketika dibacakan buku? Ngantuk kita jadi hilang, bukan?
Perasaan nyaman dan menyenangkan yang muncul dari interaksi antara kita, anak, dan buku itulah yang dinanti-nanti oleh anak. Seringkali, bukan tentang buku atau ceritanya, tetapi tentang interaksi hangat yang kita hadirkan di momen membacakan buku.
Siapa sih yang tidak suka bergelung nyaman bersama orang terkasih sebelum tidur?
3. Komprehensi
Anak senang belajar memahami dunia. Begitupun ketika ia dibacakan cerita. Dibacakan sekali, belum tentu anak langsung memahami. Dua kali? Bisa jadi ia sedang mencoba mengerti. Lalu, harus berapa kali? Studi menyatakan anak yang dibacakan buku yang sama sebanyak 4 kali menunjukkan tingkat pemahaman dan imitasi yang jauh lebih baik dibandingkan yang hanya dibacakan 2 kali. Semakin sering, tentu semakin bagus. Bosan? Biarkan anak yang menentukan kapan ia akan bosan dibacakan.
Itu alasan bagi anak-anak.
Bagaimana dengan orangtua? Kita juga butuh alasan untuk mengalahkan bosan dan capek membacakan buku yang sama berulang-ulang. Tiga alasan berikut mungkin bisa membantu kita membuka mata lebih lebar dan melawan bosan yang menyerang.
- Kosakata
Semua orangtua tahu bahwa kosakata dalam buku memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan kosakata lisan yang kita ucapkan sehari-hari. Bukankah kita hampir tidak pernah berkata, "Aku sangat suka bepergian dengan kereta. Itu adalah pengalaman terbaik!". Sehari-hari, mungkin kita akan bilang, "Aku suka naik kereta karena itu menyenangkan".
Semakin sering dibacakan buku yang sama berulang-ulang, retensi anak terhadap kosakata dalam buku akan semakin meningkat. Kita sendiri mudah lupa sebuah kata baru jika hanya mendengarnya sekali bukan?
2. Komprehensi
Alasan yang sama dengan alasan anak meminta dibacakan berulang kali. Semakin sering dibacakan, anak semakin memahami cerita. Bukankah itu yang kita harapkan dari anak ketika membacakan buku cerita?
Percayalah, ketrampilan memahami bacaan ini berperan besar dalam belajar anak, saat ini maupun kelak. Eh, saat inipun sebenarnya kita sudah dihadapkan pada tantangan pemahaman bacaan, bukan? Coba cek berapa kali kita gagal paham berita yang kita baca di media.
3. Interaksi
Betul, orangtua juga butuh punya interaksi hangat dengan anak. Membaca buku bisa menguatkan hubungan anak dengan kita. Jika kita lihat dalam kerangka waktu 10 atau 20 tahun ke depan, bukankah kita berharap anak tetap mengingat hangatnya kegiatan membaca buku berulang-ulang yang membuat kita bosan itu, bukan?
Kita bisa membuat daftar panjang manfaat membacakan buku yang sama berulang-ulang.
Dengan tingginya paparan internet, video games, dan media sosial terhadap anak kita saat ini, hal kecil yang bisa menjadi fondasi hubungan hangat keluarga adalah kebiasaan membacakan buku bersama. Tak usah pikirkan dulu bagaimana dampak dibacakan buku terhadap kemampuan akademis anak kita. Tak usah pikirkan dulu bagaimana dibacakan buku akan membantu proses belajar anak. Tak usah pikirkan semua itu dulu. Tapi pikirkan bagaimana kita bisa menjadi ruang terhangat bagi mereka ketika berbagai tantangan hidup menyapa.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengenalkan buku baru ke anak? Baca tulisan saya berikutnya ya![IbuKancil}
No comments:
Post a Comment