MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Jakarta, Dulu, kalau lagi kongkow atau nimbrung bersama teman teman cowok di warung kopi, biasanya kita suka ngobrol ngalor ngidul, mulai dari politik, agama, hobi, makanan enak, kesehatan, impian sampe soal janda bahenol. Hehehe.__________Baca Juga : Panitia dan Kepala Desa Caringin Kabupaten Tangerang Minta Maaf Terkait Insiden Kericuhan Pertandingan Sepakbola Persahabatan
Nah, kalo sudah ngomong politik atau mazhab dalam agama dengan kawan yang beda frekuensi, diskusi itu bisa panjang lebar, bisa debat kusir, adu dalil, juga adu bacot. Yang namanya ngobrol di warung kopi, nggak pake moderator atau penengah. Seru aja, asyik asyik aja.
Nah ketika itu kalo obrolannya sudah panas, kita alihkan topik pembicaraan tentang olahraga, khususnya sepakbola. Masa itu sepakbola bisa meredakan suasana yang hot menjadi adem. Juga bisa menyatukan kembali kedua belah pihak yang beradu argumen.
Laki laki yang hobi dan gila bola bakal bicara panjang dan lupa waktu, seperti seorang komentator sepakbola di televisi.
Maklum di rumah, ada bini tapi tak bisa mengimbangi suaminya ngobrol tentang bola. Bahkan kesebelasan Brazil kalah saja tidak peduli. Begitu juga saat Maroko bisa kalahkan Spanyol, Belgia dan Portugal aja sabodo teing. Hebatnya, diawal babak penyisihan, Maroko bisa menahan imbang Kroasia. Tapi Istri yg tak biasa begadang, kalo sudah larut malam, malah pergi ke kamar untuk tidur. Padahal itu luar biasa dahsyat, gumamku.
Sementara suami di depan TV teriak teriak ketika tendangan bola meleset ke gawang kiper lawan, atau saat tim favoritnya telah mencetak gol dg indahnya.
Kembali ke pertanyaan judul di atas, masihkah sepakbola bisa mengalihkan topik pembicaraan politik atau agama dg segala perdebatannya??
Sepertinya tidak juga. Sepakbola modern masa kini ternyata bisa dibawa ke ranah politik dan agama, menggiring opini dunia. Misalnya ketika Negara Eropa spt Jerman, Belgia, Belanda, Swiss, Denmark, Inggris, ingin mengkampanyekan propaganda L63T di arena Piala Dunia 2022 Qatar.
Para pemain dan suporternya begitu ngotot untuk mengibarkan bendera atau simbol Pelangi di dalam stadion saat laga tanding. Mereka hendak menarik perhatian dunia dengan simbol simbol pelangi yang mereka kenakan. Bukankah ini sudah masuk ranah politik? Alhamdulillah FIFA sudah melarangnya atas permintaan Qatar selaku tuan rumah.
Begitu juga saat suporter dari berbagai negara, bukan hanya Arab, tapi juga Amerika Latin, yang menolak diwawancara reporter Israel. Mereka meninggalkan reporter asal Israel itu dengan senyuman. Tentu saja ini membuat jengkel orang Israel di Piala Dunia. Bukankah ini juga masuk ranah politik?
Satu lagi, ketika Maroko menang mengalahkan tim kesebelasan kuat spt Belgia dan Portugal, para suporter dan pemain Maroko menyambut kemenangannya dengan mengibarkan bendera Palestina, termasuk menyanyikan mars atau hymne lagu bertajuk Free Filistini (Palestina) dengan gegap gempita. Dan dengan bangga pemain Maroko berselfie ria dengan latarbelakang bendera Palestina. Bukankah ini juga masuk ranah politik? Sampe media Israel menulis dan meminta FIFA untuk membatalkan kemenangan Maroko atas tim football lain yang telah dikalahkan.
So, bicara sepakbola atau apapun, saat ini tak bisa lepas dari pembicaraan politik dan agama. Buktinya masing masing pemain bola dari negara yg berbeda, sebelum dan sesudah bertanding pasti berdoa kepada Tuhannya masing masing.
Ada yang berdoa dengan cara Kristiani dan ada pula yang Muslim. Saat menang, ada yang sujud syukur, dan ada pula yang mendongak ke langit dengan kedua telunjuk jarinya sebagai bentuk celebration. Itu juga bagian dari syiar agama mereka masing masing.
Jadi tak perlu baper ketika sepakbola tak bisa lepas dari pembicaraan politik dan agama. Hak masing masing individu untuk berpendapat. Kecuali jika membawa isu L63T ke arena Piala Dunia 2022 dimana semua agama telah melarangnya. Apakah kalian paham dan sependapat??
Oh iya jangan lupa diseruput dulu kopinya selagi hangat. Dan terpenting jangan lupa bayar.(BTL)
No comments:
Post a Comment