MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Jakarta, Hampir semua sektor kehidupan sudah dikuasai oleh MAFIA. Salah satu yang menonjol adalah di bidang PERTANAHAN, KEUANGAN dan berbagai sektor jasa lainnya. Sementara kondisi rakyat dan masyarakat termasuk para aktivis sudah dijangkiti mental individualis dan mental BLT yang DIAM SETELAH MENDAPAT SUBSIDI dan BANTUAN.______________Baca Juga : Mau Minta Keadilan di Indonesia? Beli!
Demikian pokok pokok pikiran yang muncul dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema: 'Indonesia Darurat Mafia dan Potensi Lahirnya Pemerintah Transisi' di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
"Kalau semua sektor pelayanan vital publik dikendalikan oleh tangan gelap Mafia, cepat atau lambat negara akan Bubrah dengan sendirinya," ujar mantan Aktivis 78 Indro Tjahjono
Indro menyatakan, hanya melalui rakyat terdidik yang bisa mengkonsolidasikan diri saja negara bisa diselamatkan.
Baca Juga : Penjahat Berkedok Pejabat! | ini indonesia
Untuk mengubah kondisi ini menurut Indro Tjahyono harus ada gerakan yang konsisten yang terus menerus dilakukan. Kedua harus ada proses kemajuan gerakan yang berarti. "Harus ada progress, tidak muter muter. Ada progres pencapaian dalam masalah ini". Ketiga, ada kontinuitas gerakan.
Sementara itu, Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso menyatakan fakta politik kondisi kita memang carut-marut di segala sektor saat ini. Di sisi lain, infrastruktur kelembagaan/institusi negara juga mudah dimasuki oleh beberapa GELINTIR orang yang SERAKAH. Dan parahnya, menurut Sugeng, mental rakyat kita adalah BLT, yang akan diam setelah mendapat bantuan.
Baca Juga : Pionir Gudang Online Indonesia Siap Dukung Pebisnis Melakukan Efisiensi Hingga 70 Persen
"Dapat bantuan sedikit saja, sudah diam bahkan memuji. Saya tidak pesimis dengan rakyat untuk sebuah perubahan, tapi syaratnya para pelaku Pro Demokrasi dan civil society ini harus independen, merdeka secara pikiran dan tindakan," ujarnya.
Sementara itu Budayawan Eross Djarot mengajak semua pihak untuk membangun solidaritas dan berani melakukan koreksi dengan cara elegan.
"Kalau Jokowi salah ya kita ingatkan kalau bagus kita dukung. Tidak usah perlu pakai marah marah," ujarnya.
Baca Juga : Mahasiswa Indonesia di Berbagai Daerah Bergolak, Menentang Keras Wacana Penundaan Pemilu
Sementara Mantan Aktivis ITB yang juga ketua Umum KSPSI yang hadir dalam kesempatan tersebut mengkritisi mental para pejabat dan penyelenggara negara.
"Sistem memang penting, tapi mental pejabat yang tidak mau disogok jauh lebih penting," ujar mantan kepala BNP2TKI tersebut.
Ia menyebut mental seperti itu sudah menjangkit di semua sektor pemerintah dan masyarakat.
Hadir sebagai narasumber selain Indro Tjahyono, Budayawan dan Aktivis Eross Djarot, Sugeng Teguh Santosa (IPW), dan Pengamat Ekonomi Anthony Budiawan.
FGD diselenggarakan oleh Lembaga Studi Pendidikan dan Kebangsaan (LeSPK) Yogyakarta, Jaringan Aktivis Lintas Angkatan (JALA) dan Forum Ayo Selamatkan Indonesia (FASI).(BTL)
No comments:
Post a Comment