Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Kebangsaan) MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Bandung, Dubes RI di Ankara Turki Muhammad Iqbal mengatakan rencana Indonesia untuk mengganti nama salah satu jalan di daerah Menteng dengan nama tokoh sekuler Turki Mustafa Kemal Attaturk. Ia mengatakan sudah memberi data terkait karakter hingga panjang jalan kepada Pemprov DKI. Menurut Iqbal peresmian akan diupayakan saat Erdogan berkunjung ke Indonesia awal tahun 2022.____________Baca Juga : Jika Doa Semua Agama Dibacakan, Umat Islam Sebaiknya Keluar Ruangan!

Rencana mengganti nama jalan ini belum tentu mulus, karena diprediksi akan bakal mengundang masalah dan PENOLAKAN dari dalam negeri Indonesia sendiri umumnya dan khususnya dari umat Muslim DKI Jakarta. Karena rencana KONTROVERSIAL tersebut dapat menimbulkan "Bara Api" dan Memanaskan suhu politik di Indonesia, sehingga alih-alih persahabatan Indonesia-Turki yang terbangun, justru dikhawatirkan sebaliknya. Karena masyarakat muslim Indonesia MENGECAM sekularisasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Attaturk. 

Kemal telah mendeklarasikan Turki sebagai negara sekuler dengan mengamandemen Konstitusi 1924. Sekularisme (laicite) di samping memisahkan agama dengan negara juga ternyata negara secara penuh ikut menentukan hukum-hukum agama, agama yang disekulerkan. Institusi Islam dihapuskan dan bahasa Arab dilarang.

Baca Juga : Didepan Ratusan Ribu Umat Islam, Habib Rizieq Serukan Gerakan Revolusi Akhlaq di Indonesia

Sebagai PEMINUM BERAT Kemal Ataturk menggalakkan industri MINUMAN KERAS, MENJADI DIKTATOR dengan MEMBUNGKAM 0POSISI, MENUTUP MADRASAH, AZAN DIGANTI BAHASA Turki, BERPAKAIAN ISLAM DILARANG, BUDAYA ISLAM DIHABISI dan budaya adat istiadat DIBENTURKAN dengan Agama. KEMAL adalah "The SICH MAN EUROPE".

Rencana Nama Jalan Mustafa Kemal Attaturk di Menteng Bakal DITENTANG.

Pertama, Kemal TIDAK BERJASA APA-APA BAGI NEGARA REPUBLIK INDONESIA. 

Kedua, Indonesia bukan negara sekuler dan umat Islam anti sekularisme. 

Ketiga, Pemerintahan Erdogan kini lebih menghargai Sultan Muhammad Al Fatih ketimbang Kemal Ataturk. 

Keempat, sifat diktator Kemal tidak disukai bangsa Indonesia. 

Kelima, tidak jelas nama jalan di Menteng yang akan diganti.

Sebagai tokoh anti Islam Kemal Ataturk tidak bersahabat dengan umat Islam Indonesia. Tendensi politik atas rencana penamaannya dapat menyinggung umat Islam. Sikap anti Khilafah Pemerintahan Jokowi hendak disimbolkan dengan profil Kemal yang mengganti sistem Pemerintahan Turki dari berbasis agama menjadi sekuler.

Pertanyaan terberat yang dapat diajukan adalah apakah Jokowi ingin meniru Kemal Ataturk untuk kemudiannya menjadi Bapak Sekularisme Indonesia? JALAN Kemal Ataturk ADALAH JALAN UNTUK MEMBUAT GARA-GARA baru oleh rezim yang senang pada kegaduhan.(BTL)