Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Kebangsaan) MediaBantenCyber.co.id - (MBC) Bandung, Ketika usai acara di Surabaya menuju Madura singgah di Bangkalan dan makan siang di RM Nasi Bebek Sinjai. Karena penuh maka lama menunggu pesanan. Dua masalah yaitu pertama tidak ada pelayanan atau self service yang agak ruwet. Kedua, filosofi yang dikemukakan oleh teman ketua Muhammadiyah Jambi KH Buya Suhaimi yang menyatakan "usaha jalan, pengusaha jalan-jalan". Sebagaimana umumnya usaha yang berkembang, pemilik dipastikan tidak ada di tempat. Masa bodoh.
Nasi bebek menjadi khasnya. Pemesan harus ambil sendiri makanan dan tentu antri serta bergerombol. Dari jauh seperti orang yang sedang berdemo. Agak kasar, seperti bebek yang berkumpul. Terbayang mereka yang antri dan bergerombol mengambil dana Bantuan Langsung Tunai (BLT). Privasi yang runtuh oleh kebutuhan.
Rakyat sering diperlakukan seperti bebek yang harus ikut segala kebijakan penguasa. Dipaksa untuk mengantri dan bergerombol. Diawasi oleh petugas saja, sementara "pemilik" kekuasaan tidak peduli, ia atau mereka tidak berada ditempat, berjalan-jalan. Menghindari persoalan atau pergi untuk urusan yang tidak berhubungan dengan dagangan yang membuat rakyat antri dan bergerombol.
Sebenarnya penguasa yang tidak mampu memimpin adalah bebek lumpuh (lame duck) yaitu politikus yang segera pergi (outgoing politician) dan di saat ia akan digantikan oleh penerusnya maka pengaruh dirinya berangsur berkurang. Tetapi ia tetap berusaha mengambil keputusan walaupun keputusan itu kontroversial. Bebek lumpuh berusaha berjalan di tengah runtuhnya pengaruh kepemimpinannya.
Baca Juga : Proyek Perbaikan Jalan Terkesan Asal Jadi di Salembaran Jaya Kosambi Kabupaten Tangerang
Jokowi telah menjadi bebek lumpuh sekarang. Dua tahun lagi akan mengakhiri masa jabatannya. Berat menghadapi masa senja kekuasaan. Tertatih-tatih mengambil kebijakan tidak ajeg. Setelah menaikkan harga BBM yang mengguncangkan disusul dengan menerbitkan Keppres No. 17 tahun 2022 penyelesaian non yudisial pelanggaran HAM berat masa lalu.
Kepemimpinan kolektif yang kehilangan wibawa adalah kumpulan bebek lumpuh. Ditandai marak nya kasus hukum para pejabat publik, etika dan moralitas yang merosot, praktek korupsi di setiap tingkat, gaya hidup mewah yang menciptakan kesenjangan, serta kepatuhan keagamaan yang memprihatinkan. Dirigen yang salah dalam mengarahkan stik ritme orkestra. Jadinya berisik. Ngak ngik ngok.
Di RM Nasi Bebek Sinjai Bangkalan itu teman Rektor Universitas Muhammadiyah Papua Prof Partino menyatakan bahwa kesabaran diperlukan untuk menunggu apapun termasuk perubahan. Perubahan itu cepat. Seperti makan yang sebentar saja, menunggunya yang lama.
Pemerintahan yang sudah seperti bebek lumpuh ini akan cepat berubah. Digantikan oleh keadaan dan kepemimpinan yang lebih segar. Kepemimpinan yang tidak memperlakukan rakyatnya seperti bebek yang dimobilisasi dan digiring ke sana kesini. Antri dan bergerombol untuk mendapatkan BLT yang merusak martabat privasi hanya karena kebutuhan. Bebek lumpuh (lame duck) itu mungkin berpenyakit. Pemimpin yang berjalan tertatih-tatih. Repot dan merepotkan.(BTL)
No comments:
Post a Comment